SOAL
UAS KIMIA ORGANIK 1
Dosen pengampu : Dr.Drs. Syamsurizal, M.Si.
MAHASISWA
PENDIDIKAN KIMIA REGULER 2012
Nama :
DHANI WINDRA GUSVA
NIM :
A1C112010
1. A.
Jelaskan bagaimana asam benzoat di sintesis dari suatu senyawa aromatik!
B. jelaskan bagaimana mensintesis asam salisilat
dari asam benzoat tersebut di atas!
JAWAB :
A. Mensintesis suatu senyawa aromatik menjadiasam
benzoat yakni dengan cara Klorinasi Toluene
light
C6H5CH3 +
3 Cl2 ===> C6H5CCl3 + 3
HCl
heat
ZnCl2
C6H5CCl3 +
2 H2O ===> C6H5COOH + 3
HCl
(75 – 80%)
Toluen di klorinasi pada suhu
100-150 0C.
Toluene diklorinasi pada 100-150 0C, Setelah
dipanaskan sampai 100 0C, sekitar 0,7 % berat (berdasarkan
umpan) Zinc Chloridesebagai katalis. Kemudian air ditambahkan
perlahan-lahan di bawah permukaan cairan. Hidrogen klorid yang terlibat dalam
reaksi diserap oleh air membentuk hidroclorid acid. Temperatur akan
naik secara perlahan sampai 110-115 0C. Pada saat reaksi
sempurna dimana ditandai dengan tidak adanya hydrogen klorid, air ditambahkan,
dan produk reaksi dibiarkan sampai 0,5 jam dengan pengadukan. Temperatur
diturunkan sampai 90-100 0C, air panas ditambahkan untuk
melarutkan Zinc Klorid dan hidroclorid acid sisa. Lapisan asam
dipisahkan dan dibiarkan mengeras, lapisan air didinginkan, hal ini mempercepat
terlarutnya asam benzoat, yang dipisahkan dengan filtrasi, dicuci dengan air
dingin, dan ditambahkan pada padatan asam benzoat. Komposisi padatan terdiri
dari asam benzoat crude dan jumlah yang bervariasi dari air, pumice,
dan impuritas yang lain. Ini dapat diubah menjadi Sodium benzoat kualitas
tinggi dengan melarutkan dalam Sodium hidroksid, penyaringan, dan pemurnian
larutan benzoat. Asam benzoat crude dapat dimurnikan dengan memberi USP asam
benzoat dengan beberapa cara seperti sublimasi atau kristalisasi. Yield 90%
dapat tercapai berdasarkan benzotriklorid yang diumpankan.
b. Oksidasi Toluene dengan
udara dalam fasa cair
Proses ini merupakan cara yang paling awal digunakan,
dimana toluene, katalis, dan udara (atau O2 yang terkandung
dalam udara)diumpankan secara kontinyu ke dalam autoclave sehingga terbentuk
asam benzoat pada suhu 150 – 250 0C dan tekanan 5-50 atm.
Perbandingan udara dan toluene dikendalikan untuk mendapatkan konversi
10-50%. Panas reaksi dapat dihilangkan dengan refluks toluene dan
penggunaan jacket cooling. Autoclave secara kontinyu overflow ke stripper
kemudian toluene dipisahkan dan direcycle ke autoclave. Air yang terbentuk dari
kondensasi aliran gas harus segera dipisahkan sebelum toluene yang tidak
bereaksi dikembalikan ke reaktor.
Pemisahan dapat dilakukan dengan kristalisasi,
distilasi, atau kombinasi keduanya. Yield yang diperoleh sekitar 80%. Asam
benzoat yang terbentuk kemudian dibentuk menjadi flake atau disublimasi untuk
mendapatkan variasi ukuran untuk dijual.
c. Dari benzaldehida
Disproporsionasi benzaldehida yang diinduksi oleh basa dalam reaksi Cannizzaro akan menghasilkan sejumlah asam benzoat
dan benzil alkoholdalam
jumlah yang sama banyak. Benzil alkohol kemudian dapat dipisahkan dari asam
benzoat dengan destilasi.
B. Pada awalnya asam
benzoat direaksikan dengan halogen pada suhu 350 derajat Celcius dan tekanan
tinggi. Halogen yang digunakan pada reaksi ini adalah klorida (Cl2)
dimana ikatan pada atom H akan mudah lepas karena atom H cenderung positif dan
memberikannya pada Cl2. Setelah itu akan membentuk asam klorida
(HCl) dan ion Cl tersebut akan menyerang tempat dimana atom H tersebut lepas.
Selanjutnya akan direaksikan dengan basa kuat supaya klorida bisa
disubtitusikan. Basa kuat yang digunakan salah satunya adalah Natrium
Hidroksida (NaOH). Pada tahap ini gugus
–COOH akan memberikan atom H-Nya(protonisasi) kepada NaOH membentuk molekul
air. Elektrofilik ONa+ akan menyerang Cl dan menggantikannya. Dan Cl
tersebut akan bereaksi dengan sisa H+ yang berlebih menjadi asam
klorida.
Tahap selanjutnya
direaksikan kembali dengan asam klorida. Dimana pada reaksi ini terjadi
substitusi. Atom H pada HCl akan memberikan elektronnya kepada gugus ONa+dan
Na+ akan terlepas dan tertarik oleh Cl menjadi Garam klorida pada
gugus karbonil membentuk gugus –COOH. Sehingga terbentuk senyawa asam salisilat
dan Natrium Klorida.
2. Jelaskan
mengapa fenol dapat di gunakan sebagai antiseptik!, mengapa alkohol tidak
memiliki kemampuan demikian?
JAWAB :
Antiseptik adalah suatu zat yang apabila
diberikan ke jaringan tubuh, dapat membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Penggunaan fenol sebagai antiseptik karena kemampuan fenol yang mampu membunuh
semua jenis sel dengan mengikat dan mengendapkan protein dari sel tersebut. Pada
kadar yang tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami
lisis. Fenol tidak membentuk protein kompleks yang kuat sebagai akibatnya,
mudah dilepaskan dari endapan. Kemudian fenol dapat diikat oleh protein lain
dalam sel atau dapat keluar ke sel lain nya. Akan tetapi penggunaan fenol
sebagai antiseptik digunakan dalam bentuk kombinasi dengan bahan lain,
dikarenakan fenol bersifat korosif dan dapat menyebabkan kulit terbakar.
Dari sifatnya
yang mudah menguap, penggunaan alkohol sebagai antiseptik kurang tepat
dikarenakan alkohol yang mudah menguap tidak begitu memberikan efek karena
tidak semua kuman akan mati hanya mampu menghambat pertumbuhan kuman, selain
itu penggunaan alkohol pada luka terbuka dapat menyebabkan rasa terbakar. akan
tetapi penggunaan fenol dapat membunuh bakteri. Sifat alkohol yang stabil dalam membunuh mikroorganisme merupakan salah satu alasan penggunaan alkohol sebagai desinfektan di rumah sakit. Namun,
cara penyimpanan yang tidak baik akan menyebabkan penurunan efektivitas alkohol. Hal ini dapat menyebabkan kontaminasi pada alkohol. Alkohol
yang sudah terkontaminasi jika digunakan dapat mengakibatkan infeksi. Penurunan efektivitas antiseptik dapat dilihat menggunakan tes koefisien fenol.
Koefisien fenol merupakan
perbandingan ukuran suatu bahan antimikrobial dibandingkan dengan
fenol sebagai standar.
3. A.
Suatu eter dapat bereaksi dengan air dimana bila di uji dengan larutan fehling
A dan fehling B memberikan hasil positif.
B.
hasil dari tersebut di atas bila dioksidasi lebih lanjut akan menghasilkan
senyawa X , tentukan cara mengidentifikasinya!
JAWAB :
Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan
pereaksi khusus untuk mengenali aldehida. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian,
yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan
Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi
Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh
suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat
sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.
Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa
akan diendapkan sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling
menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan
yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi berwarna
hijau kekuningan.
a. eter apabila direaksikan dengan air dan diuji
dengan pereaksi fehling akan mendapatkan hasil yang positif. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil endapan yang berwarna merah bata. Hal ini menunjukkan
bahwa eter bereaksi dengan air membentuk ikatan hidrogen sehingga menghasilkan
senyawa yang mengandung gugus aldehid.
b. Aldehid apabila dioksidasi lebih
lanjut menghasilkan senyawa X, senyawa X ini adalah asam karboksilat. Untuk
mengidentifikasi apakah senyawa X ini asam kaboksilat dapat ditambahkan alcohol
dengan katalis asam, maka akan terbentuk senyawa ester. Senyawa ester ini cukup
mudah diamati karena senyawa ester memiliki aroma yang khas seperti aroma buah.
Selain
itu karena hasil reaksi berupa ester dan air yang menimbulkan dua lapisan
dimana lapisan atas adalah ester dan lapisan bawah adalah air, hal ini
dikarenakan perbedaan sifat dari ester yang bersifat non polar dan air yang
bersifat polar sehingga keduanya tidak dapat menyatu.
4. Mengapa
suatu eter bisa lebih reaktif dari pada alkohol, padahal secara umum alkohol
lebih reaktif dari pada eter apabila di reaksikan dengan logam? (seperti Na)
jelaskan dasar-dasar ilmiah yang memungkinkan suatu eter lebih reaktif dari pada alkohol!
jelaskan dasar-dasar ilmiah yang memungkinkan suatu eter lebih reaktif dari pada alkohol!
JAWAB : pada umumnya alkohol memang lebih
reaktif daripada eter. Eter biasanya tidak bereaksi dengan kebanyakan reagen di
laboratorium organik. Akan tetapi eter tidak sama sekali hilang kereaktifanya. Ada
dua reaksi yang dapat terjadi pada eter,yaitu oksidasi( pembakaran dan
autooksidasi ) dan subtitusi (ada celah asamnya). Namun dapat lebih reaktif
dari alkohol jika dilihat dari reaksi pembakarannya :
CH3-O-CH3
+ 3O2 ® 2CO2 + 3H2O.
Kita tahu bahwa alkohol dan eter sama-sama
menpunyai atom oksigen yang berikatan tunggal. sehingga kedudukan atom oksigen
yang ada dalam molekul alkohol dan eter sama dengan yang ada dalam molekul air.
H-O-H R-O-H R-O-R
Air alkohol eter
Gugus fungsi dari eter adalah oksigenyang
terikat antara rantai karbon dan alkohol dengan gugus hidroksinya. Jika direaksikan
dengan Na, maka Na akan terion menjadi Na+. ion ini akan menggantikan ion
hidrogen pada gugus hidroksil alkohol.
R-OH + Na ® R-O-Na + H2
Reaktifnya eter dibanding alkohol bisa saja
terjadi karena eter memiliki kemampuan untuk berikatan dengan ion seperti Na+.
hal ini disebabkan ion logam ini memiliki orbital kosong yang cukup banyak.
5. Bila
fenol dikatakan lebih asam dari pada alkohol temukan contoh suatu alkohol jauh
lebih asam dari pada fenol! Jelaskan mengapa demikian
JAWAB :
Fenol adalah senyawa
hidrokarbon yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada cincin
benzena. Fenol memiliki sifat asam yang lebih kuat dibandingkan alcohol. Fenol
memiliki nilai pKa 10 sedangkan alcohol memiliki nilai pKa >15. Jika
ditinjau dari nilai pH yaitu ukuran kecenderungan terurainya ion hidrogen dalam
system, maka senyawa dengan nilai pKa besar akan memiliki harga pH kecil. Dalam
penentuan pH, semakin banyak H+ yang terurai maka harga pH nya semakin kecil,
dan sebaliknya jika H+ yang terurai sedikit maka pH nya besar.
Fenol lebih asam dari
alkkohol, hal ini disebabkan anion fenol yaitu ion fenoksida distabilkan oleh
resonansi dimana muatan negatif dari electron mengalami delokalisasi oleh
cincin aromatiknya. Sedangkan anion dari
alcohol yaitu alkoksida tidak dapat didelokalisasikan.
Karena disebabkan
delokalisasi electron pada ion fenoksida menyebabkan ion H+ yang
telah dilepaskan sulit kembali sedangakn apada alcohol, karena elektron tak
mengalami delokalisasi membuat ion H+ yang telah dilepaskan dapat
dengan mudah kembali lagi.
Untuk membuat alkohol yang lebih asam dari
fenol, kita harus menemukan anion dari
alkohol lebih stabil dari anion fenol. Untuk meningkatkan keasaman pada alcohol
bila didekat karbon hidroksil terdapat gugus penarik electron seperti halogen
atau nitro (NO2).
6. Etanol
berfungsi digunakan sebagai bahan bakar, bagaimana halnya dengan turunan
alkohol yang lain yang memungkinkan di gunakan sebagai bahan bakar?
apa syarat-syaratnya? Dan berikan contoh!
apa syarat-syaratnya? Dan berikan contoh!
JAWAB :
Dalam penggunaan sebagai bahan bakar, ada beberapa
jenis alkohol yang mulai dikembangkan untuk bahan bakar, seperti
metanol,etanol, propanol dan butanol. Salah satu keuntungan yang dimiliki
keempat jenis alkohol ini adalah bilangan oktan yang tinggi, sehingga ketukan pada
mesih dapat diminimalisir serta efisiensi bahan bakar meningkat sehingga dapat
menutupi kepadatan energi yang rendah. Syarat
suatu turunan alkohol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar antara lain Kecenderungan
suatu bahan untuk menguap dan mampu menghasilkan energi untuk menggerakkan
mesin kendaraan,angka oktan yang tinggi, tidak bersifat hidroskopis, tidak
terbakar pada suhu ruangan.
Propanol
dan butanol dianggap
lebih aman dan lebih mudah menguap jika dibandingkan dengan metanol. Butanol
memiliki keuntungan yaitu titik nyalanya
sebesar 35 °C, sehingga tidak mudah terbakar, tapi menjadi masalah jika
digunakan pada suhu udara rendah.
Proses
fermentasi untuk memproduksi propanol dan butanol agak susah dilakukan. Saat
ini, organisme yang digunakan dalam pengkonversian ini, Clostridium acetobutylicum,
menghasilkan bau yang sangat busuk sehingga proses fermentasi harus dilakukan
pada pabrik fermentasi. Organisme ini juga akan mati ketika kandungan butanol
mencapai 7%. Sebagai perbandingan, khamir akan mati jika kandungan etanol
mencapai 14%. Beberapa jenis khamir lainnya dapat mentolerir konsentrasi etanol
yang lebih tinggi - sehingga disebut khamir turbo yang masih dapat bertahan
sampai kandungan etanolnya mencapai 16%.Kesimpulan yang didapat adalah jika
khamir Saccharomyces biasa dapat
dimodifikasi sehingga dapat lebih tahan terhadap etanol, maka pada suatu hari
mungkin ilmuwan akan berhasil menghasilkan strain Clostridium tipe baru
yang dapat bertahan dari butanol dengan konsentrasi lebih dari 7%. Jika hal ini
dapat diterapkan, maka akan sangat berguna karena butanol memiliki kepadatan energi
yang lebih besar daripada etanol. Ditambah lagi, serat yang biasanya dibuang
dari tanaman gula, sekarang dapat digunakan untuk memproduksi butanol, dan
hasil bahan bakarnya bisa ditingkatkan tanpa perlu menambah jumlah tanaman yang
dihasilkan.